Jelaskan tokoh yang berperan dalam proses islamisasi banjar?
Sejarah
mhabliantakya
Pertanyaan
Jelaskan tokoh yang berperan dalam proses islamisasi banjar?
2 Jawaban
-
1. Jawaban MhmmdZaky
Tokoh-tokoh Penyebar Agama Islam di Kalimantan
Agama Islam mulai masuk ke Kalimantan pada awal abad ke-16. Akan tetapi, Islam mulai berkembang setelah para pejuang Islam dari Kesultanan Demak datang ke Banjarmasin. Pasukan Demak diminta bantuan oleh Pangeran Samudra untuk memadamkan perselisihan di Daha.
Setelah memperoleh kemenangan, Pangeran Samudra pun memeluk agama Islam dan diangkat sebagai sultan pertama di Kesultanan Banjar. Pangeran Samudra menetapkan agama Islam sebagai agama resmi negara. Namun demikian, agama Islam belum berkembang luas. Agama Islam tersebar luas di Kalimantan, khusunya di Kesultanan Banjar, setelah dua orang ulama terkemuka berdakwah di Kalimantan Selatan. Ulama tersebut adalah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Muhammad Nafis. Kedua ulama ini sangat berpengaruh dan merupakan tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan.
a) Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
Beliau dilahirkan di desa Lok Gabang pada hari kamis dinihari 15 Shofar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Anak pertama dari keluarga muslim yang taat beragama, yaitu Abdullah dan Siti Aminah. Sejak masa kecilnya Allah SWT telah menampakkan kelebihan pada dirinya yang membedakannya dengan teman sebayanya. Dimana dia sangat patuh dan ta'zim kepada kedua orang tuanya, serta jujur dan santun dalam pergaulan bersama teman-temannya. Allah SWT juga menganugrahkan kepadanya kecerdasan berpikir serta bakat seni, khususnya di bidang lukis dan khat (kaligrafi).
Pada suatu hari, tatkala Sultan Kerajaan Banjar (Sultan Tahmidullah) mengadakan kunjungan ke desa-desa, dan sampailah ke kampung Lok Gabang alangkah terkesimanya Sang Sultan manakala melihat lukisan yang indah dan menawan hatinya. Maka ditanyakanlah siapa pelukisnya, maka dijawab orang bahwa Muhammad Arsyad lah sang pelukis. Mengetahui kecerdasan dan bakat sang pelukis, terbesitlah di hati sultan keinginan untuk mengasuh dan mendidik Muh. Arsyad kecil di istana yang ketika itu baru berusia ± 7 tahun.
Sultanpun mengutarakan goresan hatinya kepada kedua orang tua Muh. Arsyad. Awalnya Abdullah dan istrinya merasa enggan melepas anaknya yang tercinta. Tapi demi masa depan sang buah hati yang diharapkan menjadi anak yang berbakti kepada agama, negara dan orang tua, maka diterimalah penawaran sultan tersebut. Kepandaian Muh. Arsyad dalam membawa diri, sifatnya yang rendah hati, kesederhanaan hidup serta keluhuran budi pekertinya membuat segenap warga istana sayang dan hormat kepadanya. Bahkan sultanpun memperlakukannya seperti anak kandung sendiri.
Setelah dewasa ia dikawinkan dengan seorang perempuan yang solehah bernama tuan "BAJUT", seorang perempuan yang ta'at lagi berbakti pada suami sehingga terjalinlah hubungan saling pengertian dan hidup bahagia, seiring sejalan, seia sekata, bersama-sama meraih ridho Allah semata. Ketika istrinya mengandung anak yang pertama, terlintaslah di hati Muh. Arsyad suatu keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka disampaikannyalah hasrat hatinya kepada sang istri tercinta.
Meskipun dengan berat hati mengingat usia pernikahan mereka yang masih muda, akhirnya Siti Aminah mengamini niat suci sang suami dan mendukungnya dalam meraih cita-cita. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muh. Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya.Deraian air mata dan untaian do'a mengiringi kepergiannya.
Di Tanah Suci, Muh. Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Diantara guru beliau adalah Syekh 'Athoillah bin Ahmad al Mishry, al Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al' Arif Billah Syekh Muhammad bin Abd. Karim al Samman al Hasani al Madani.
Syekh yang disebutkan terakhir adalah guru Muh. Arsyad di bidang tasawuf, dimana di bawah bimbingannyalah Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat, sehingga mendapat ijazah darinya dengan posisi sebagai khalifah.
Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid Muhammad al Samman di Indonesia pada waktu itu, hanya empat orang, yaitu Syekh Muh. Arsyad al Banjari, Syekh Abd. Shomad al Palembani (Palembang), Syekh Abd. Wahab Bugis dan Syekh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan "Empat Serangkai dari Tanah Jawi" yang sama-sama menuntut ilmu di Al Haramain al Syarifain.
Semoga bermanfaat :() -
2. Jawaban daffaci
Setahu saya tokoh yang berperan adalah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Beliau mendirikan pesantren serta menyebarkan Islam dengan jalur pendidikan.